Langsung ke konten utama

10 Hikmah di Balik Musibah

 



10 Hikmah di Balik Musibah


Di balik musibah dan bencana alam yang menimpa warga bangsa ini pasti banyak hikmah yang dapat dipetik. Hikmah di balik musibah bagi mukmin hendaknya menjadi proses penyadaran, pembelajaran, dan pendewasaan mental spiritual, sekaligus sebagai bahan muhasabah, tadabur, dzikrullah, dan taqarrub ila Allah (pendekatan diri kepada Allah).

Setidaknya ada sepuluh hikmah di balik musibah. 

Pertama, musibah itu merupakan salah satu cara Allah untuk mengingatkan hamba-Nya agar tidak melampaui batas, tidak melakukan kemaksiatan dan kerusakan di muka bumi. Musibah menyadarkan hamba agar bertobat dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Kedua, musibah mengajarkan pentingnya integrasi ibadah dan isti’anah, memohon pertolongan kepada Allah (QS al-Fatihah [1]: 5). Integrasi ini harus dibuktikan dengan kesalehan autentik dengan peneguhan iman, ilmu, dan amal saleh dengan tidak banyak mengeluh dan menyalahkan pihak lain. 

Ketiga, musibah itu ibarat laboratorium keimanan dan kesabaran untuk penyadaran bahwa manusia itu milik Allah dan pasti kembali kepada-Nya (QS al-Baqarah [2]: 155-156).

Keempat, musibah merupakan manifestasi kasih sayang Allah kepada hamba-Nya untuk membuktikan ridha tidaknya. “Sesungguhnya pahala besar itu sebanding dengan ujian yang berat. Apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian kepada mereka. Siapa yang ridha, maka ia akan meraih ridha Allah. Sebaliknya, siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR Ibn Majah).

Kelima, musibah dan bencana alam merupakan tanda kekuasaan-Nya. Semua fenomena alam didesain agar manusia terus belajar, membaca, dan memaknai ayat-ayat Allah di alam raya maupun di dalam Alquran.

Keenam, musibah itu awalnya penuh duka, namun perlahan tetapi pasti akan berganti menjadi sukacita dan bahagia. Musibah mengajarkan pentingnya bersikap optimistis karena kehidupan itu tidak selamanya dalam kesulitan dan kedukaan. Badai pasti berlalu karena, “Sesungguhnya kesulitan selalu dibarengi kemudahan.” (QS ash-Sharh [94]: 6). 

Ketujuh, musibah itu menginsafkan bahwa manusia itu lemah, tidak bisa melawan “kekuatan alam”. Hanya Allah yang Mahakuat, Mahabesar, dan Mahakuasa. Kedelapan, musibah menumbuhkan rasa kemanusiaan universal untuk berempati dan berbagi. 

Kesembilan, musibah itu meneguhkan persaudaraan dan solidaritas sosial.

Kesepuluh, musibah itu menjadi penggugur dosa. “Tiada sebuah musibah pun yang menimpa Muslim melainkan dengannya Allah menghapuskan kesalahan-kesalahannya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, banyaknya musibah harus menjadi momentum untuk memperbanyak istighfar dan tobat kepada Allah Yang Maha Pengampun. Semoga musibah yang menimpa warga bangsa ini dapat merekatkan persaudaraan, solidaritas sosial, dan persatuan bangsa. 


Oleh Muhbib Abdul Wahab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lingkungan ahlul Qur'an adalah lingkungan yang penuh dengan Rahmat Allah

  Lingkungan ahlul Qur'an adalah lingkungan yang penuh dengan Rahmat Allah عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” وما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم إلا نزلت عليهم السكينة وغشيتهم الرحمة وحفتهم الملائكة وذكرهم الله فيمن عنده" الاجتماع في بيوت الله لتلاوة القرآن ودراسته. من خلاله، نجد عدة فوائد: السكينة: Allah menurunkan ketenangan kepada mereka yang berkumpul untuk mempelajari Al-Qur'an. Rahmat Allah: Mereka diliputi oleh rahmat Allah, yang menunjukkan kasih sayang-Nya. Perlindungan Malaikat: Malaikat mengelilingi mereka, menambah keberkahan dalam majelis tersebut. Pemberian Penghargaan: Allah menyebut mereka di hadapan para malaikat, menunjukkan kedudukan tinggi bagi mereka yang terlibat dalam pengajian. Kesimpulannya, hadith ini menekankan betapa penting dan bermanfaatnya halaqoh Al-Qur'an dalam kehidupan seorang Muslim, baik dari segi spiritual maupun sosial.

3 resep / kiat untuk mendapatkan hasil maksimal dari Al Qur'an

  3 resep / kiat untuk mendapatkan hasil maksimal dari Al Qur'an 1. Kuantitas (membaca dalam jumlah yang banyak) 2. Kualitas (Berusaha mempelajari, memahami, mengamalkan) 3. Intensitas (Kita selalu berinteraksi dengan Al qur’an) (sumber:Mulazamah Sabtu Ustadz Abdullah Hadromi)

Kenapa aku?

  Kenapa aku?  Kamu! karena Allah SWT ingin menghapus dosa-dosamu dengan setiap air mata yang jatuh dari matamu. Dia ingin meningkatkan pangkatmu di Jannah. Dia ingin mengujimu dengan kesedihan sementara untuk memberimu kebahagiaan abadi. 🤍 🤍