Niat ketika akan belajar
ثُمَّ لَا بُدَّ لَهُ مِنَ النِّيَّةِ فِي زَمَانِ تَعَلَّمُ العِلِيمِ إِذِ النَّيَّةُ هِيَ الأَصْلُ في جَمِيعُ الْأَحْوَالِ لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ، إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ ، حَدِيثٌ صَحِيحٌ، وَعَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُورَةِ أَعْمَالِ الدُّنْيَا وَيَصِيرُ بِحُسْنِ النِّيَّةِ مِنْ أَعْمَالِ الْآخِرَةِ ، وَكَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُورَةِ أَعْمَالِ الْآخِرَةِ ثُمَّ يَصِيرُ مِنْ
أعمال الدُّنْيَا بِسُوء النية.
Selanjutnya, bagi pelajar hendaknya meletakkan niat selama dalam belajar. Karena niat itu sebagai pangkal dari segala amal. Sebagaimana disabdakan Rasulullah saw.: "Sahnya semua perbuatan itu apabila disertai niat." Hadis ini sahih.
Diceritakan lagi dari Rasulullah saw., beliau bersabda: "Banyak terjadi amal-amal yang tampaknya tidak pantas mendapatkan pahala. Akan tetapi lantaran disertai niat yang baik, akhirnya amal ter- sebut termasuk amal akhirat yang sudah barang tentu akan meneri- ma pahala.Dan banyak sekali amal yang tampak merupakan amal akhirat, tetapi amal tersebut termasuk amal dunia yang berarti tidak men- dapatkan pahala apa-apa. Semua itu lantaran disertai niat yang buruk."
(Maka dari itu) sebaiknya setiap pelajar mempunyai niat yang sungguh- sungguh dalam mencari ilmu dan keridhaan Allah swt. agar mendapat pahala kelak di akhirat, menghilangkan kebodohan yang ada pada dirinya dan ke- bodohan orang-orang yang masih bodoh, serta niat menghidupkan dan me- lestarikan agama Islam Karena, kelestarian agama itu sendiri dapat terjaga apabila ada ilmu. Tidak sah bagi orang yang melakukan zuhud dan takwa tanpa dasar ilmu. Beliau, imam besar Syekh Burhanuddin, pengarang kitab Al-Hidayah pernah membaca sebuah syair kepada sebagian ulama, yang isinya sebagai berikut:
Besar kerusakannya bagi orang alim yang melakukan sesuatu tidak menurut aturan agama. Dan lebih besar lagi kerusakannya apabila ada orang bodoh, melakukan ibadah tanpa ilmu.
Kedua orang tersebut hanya akan membuat fitnah yang besar di dunia ini, bagi orang lain yang mengikuti di dalam melakukan agamanya.
Dan sangat baik sekali apabila seorang pelajar dalam mencari ilmu, mempunyai niat dan syukur karena mendapat kenikmatan berupa akal dan badan yang sehat. Jangan sampai niat itu hanya ketika berhadapan dengan manusia atau agar lebih mudah memperoleh harta benda, terpandang mulia di hadapan pemimpin, dan niat lain yang kesemuanya itu bukan karena Allah swt.
Syekh Muhammad ibnu Hasan -rahimahullah berkata: "Seandainya semua manusia itu menjadi budakku, tentu akan aku merdekakan semua dan aku bebaskan mereka dari tanggungannya, sehingga aku merasa bersih dari hak-hak manusia. Barangsiapa yang telah merasakan kemanisan ilmu dan amal, maka ia tentu tidak mempunyai harapan atas hak orang lain." Beliau, Syekh Imam Al-Ajal Qawwamuddin Hammad bin Ibrahim bin Ismail Ash-Shaffari Al-Anshari pernah membacakan sebuah syair kepadaku, syair ini dari Abu Hanifah, berbunyi:
Barangsiapa yang belajar (mencari ilmu) hanya untuk tujuan akhirat, maka ia akan mendapat (memperoleh) kebahagiaan, karunia, dan petunjuk dari Tuhan. Sebab, dengan niat yang demikian itu, ia dapat menuju kebenaran dan memperoleh fadial (keutamaan).
Barangsiapa mencari ilmu dengan tujuan agar dihormati dan dimuliakan oleh manusia, maka ia akan mengalami kerugian besar.
Seyogianya bagi setiap pelajar, berpikir dengan sungguh-sungguh. Karena, untuk memperoleh ilmu pengetahuan tersebut, harus melalui perjuangan yang tidak sedikit (gampang), akan tetapi harus bersusah payah. Karena- nya, apabila telah berhasil memperoleh ilmu tersebut, jangan dipergunakan untuk mencari harta benda, yang kedudukannya tidak seberapa dan cepat sirna.
Dan seyogianya bagi ahli ilmu, janganlah mempunyai sifat tamak (menginginkan sesuatu yang bukan semestinya). Sebab, hanya akan menjadikan dirinya hina. Juga menjaga sesuatu yang dapat menyebabkan ilmu beserta ahlinya menjadi hina. Selanjutnya, hendaklah melakukan tawaduk (rendah diri). Dalam kitab Akhlak diterangkan: Tawaduk dan Iffah, keduanya hampir sama pengertiannya, yaitu perilaku yang tengah-tengah antara sombong dan rendah diri.
Syekh Ruknul Islam, seorang guru terkenal, pernah membacakan se- buah syair untuk dirinya sendiri sebagai berikut:
Sesungguhnya sikap tawaduk (rendah diri) adalah sebagian dari sifat- sifat orang yang takwa kepada Allah swt. Dan dengan tawaduk, orang yang takwa akan semakin naik derajatnya me nuju keluhuran.
Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata kepada teman-temannya "Jika engkau memakai sorban, buatlah yang besar (longgar)." Maksud dari kata-kata tersebut adalah untuk menjaga, agar ilmu dan orang yang mem- punyai ilmu itu jangan sampai kelihatan remeh, apalagi sampai diremehkan.
Komentar
Posting Komentar