Langsung ke konten utama

Berbakti kepada orang tua

 


Berbakti kepada orang tua


Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak terhadap orang tua. Berbakti kepada orang tua hukumnya fardhu ( wajib) bagi setiap muslim, bahkan jika orang tua kita adalah non muslim hukumnya tetap wajib.


Sudah sepatutnya seorang anak berbakti kepada orang tua karena banyak sekali jasa-jasa orang tua terhadap seorang anak hingga orang tua pun rela mengorbankan nyawanya demi anaknya. Jasa mereka tidak bisa di bayar dengan apapun bahkan jika kita sudah jadi konglomerat sekalipun kita memberikan seluruh harta kita untuk orang tua tetap saja tidak bisa untuk membayar jasanya.


Orang tua lah, orang yang paling berjasa dalam hidup karena mereka yang memberi makan rohani dan jasmani kita. Mereka lah yang sering membantu kita dalam kesusahan dan yang menyayangi kita lebih dari dirinya sendiri.


Lihatlah perjuangan ibu kita yang mengandung dan melahirkan kita dengan rasa sakit yang luar biasa seperti 20 tulang yang dipatahkan secara bersamaan. Perjuangan ibu kita saat melahirkan dan mengandung saja sudah sedemikian berat, belum lagi saat merawat dan mengasuh kita.


Lihat juga perjuangan ayah kita. Beliau bekerja dari pagi hingga malam, keringat bercucuran, rasa lelah pun ayah kita tak peduli asal kebutuhan kita bisa terpenuhi. apakah masih pantas kita membentak memarahi ayah dan ibu kita. Apakah masih pantas masih berani melawan orang tua setelah melihat dan mengetahui perjuangannya.


Berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama. Dengan dasar diantaranya yaitu hadits Nabi SAW, “dari Abdullah bin Mas'ud katanya, “Aku bertanya kepada Nabi SAW tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah? Nabi SAW menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada kedua orang tua, ketiga jihad di jalan Allah”.[Hadits Riwayat Bukhari I/134, Muslim No.85, Fathul Baari 2/9]


Berikut beberapa contoh perbuatan berbakti pada orang tua yang masih hidup maupun sudah tiada:

1. Berbicara kepada kedua orang tua itu harus dengan sopan, santun dan lembut. Tidak boleh mengatakan “AH!”, UH!, Cis!, atau yang semisal kata-kata tersebut. Begitu pula dengusan nafas sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap sikap atau perintah orang tua. Jangan berkata kepada mereka dengan perkataan yang keras seperti membentak dan menghardik. Berkatalah kepada mereka dengan ucapan yang baik dan menyenangkan hati keduanya.


2. Selalu taat kepada semua perintah orang tua. Selama mereka tidak memerintahkan hal-hal yang mengandung unsur dosa dan maksiat. Bila mereka memerintahkan berdosa, menolak pun harus dengan lemah lembut dan penuh pengertian. Bila memerintah hal yang baik harus segera dikerjakan meski sedang sibuk melakukan sesuatu. Sebagaimana dicontohkan oleh seorang ulama besar yang sedang memberikan ceramah di hadapan ribuan orang. Lalu ada seseorang datang dan berbisik bahwa ibunya memerintahkan ulama tersebut pulang sebentar untuk memberi makan ayam. Maka sang ulama meminta izin pada jama’ah untuk pulang memberi makan ayam seperti yang ibunya perintahkan. Setelah ibunya puas, ulama tadi kembali ke mimbar dan meneruskan ceramahnya.


3. Jangan memasang wajah yang cemberut, jangan melotot dan bermuka masam bila berhadapan dengan keduanya. Bila ada hal yang tidak kita sukai dari mereka, bersabarlah, tarik nafas dalam-dalam dan tersenyumlah. Ingatlah, ribuan sikap dan kelakuan kita sejak lahir hingga dewasa yang sering merepotkan orang tua. Namun mereka tetap sabar terhadap anak-anaknya.


4. Berusaha sekuat tenaga untuk menjaga nama baik orang tua. Bila ada yang mencemarkannya segera bersihkan dan bela. Jagalah harta benda mereka serta jangan mengambil tanpa seizin mereka meskipun hanya satu rupiah. Sedangkan bila orang tua mengambil harta benda kita, kita mesti ikhlas. Karena sejatinya anak dan harta bendanya adalah milik orang tua.


5. Ringankanlah beban mereka. Bantu pekerjaan rumahnya. Layani mereka sebaik-baiknya. Tulang mereka telah rapuh membesarkan kita dahulu. Kulitnya telah keriput, uban di rambut semakin banyak. Balaslah kebaikan mereka meskipun kita tak akan mampu membalas jasa mereka.


Berikut ini contoh perbuatan berbakti pada orang tua yang sudah meninggal:

1. Rutin Mendoakan dan Memohonkan Ampunan

• “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi SAW menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud no. 5142 )


2. Menyambung Silaturahmi dengan Teman Teman Orang Tua

“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.” (HR. Muslim no. 2552). Nah sobat silaturahmi dengan teman teman, kerabat, dan orang terdekat orang tua hendaknya tetap dilakukan dan niatkan untuk berbuat baik pada orang tua sehingga orang tua juga turut mendapat pahala kebaikannya cara menghormati orang tua.


3. Menjaga Persaudaraan dengan Kerabat

“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya setelah meninggal dunia.” Sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat baik (ayahku) Umar (bin Al-Khattab). Tentu saudara saudara terdekat dari orang tua juga tetap disambung baik silaturahminya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 resep / kiat untuk mendapatkan hasil maksimal dari Al Qur'an

  3 resep / kiat untuk mendapatkan hasil maksimal dari Al Qur'an 1. Kuantitas (membaca dalam jumlah yang banyak) 2. Kualitas (Berusaha mempelajari, memahami, mengamalkan) 3. Intensitas (Kita selalu berinteraksi dengan Al qur’an) (sumber:Mulazamah Sabtu Ustadz Abdullah Hadromi)

Nasihat & Refleksi untuk Penuntut Ilmu

  Nasihat & Refleksi untuk Penuntut Ilmu 1. Luruskan niat. Belajarlah bukan untuk terkenal, tapi agar Allah ridha dan ilmu itu membawa manfaat bagi dirimu dan orang lain. 2. Sabar dan rendah hati. Ilmu tidak bisa dikuasai dengan tergesa-gesa. Imam Asy-Syafi’i berkata: “Tidak akan diperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara: kecerdasan, semangat, kesabaran, biaya, bimbingan guru, dan waktu yang lama.” 3. Amalkan apa yang dipelajari. Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah. Rasulullah ﷺ bersabda: “Ilmu yang tidak diamalkan seperti harta yang tidak dinafkahkan.” (HR. Ad-Dailami) 4. Cari lingkungan yang mendukung. Bertemanlah dengan orang-orang yang haus akan ilmu. Cahaya ilmu akan lebih kuat ketika berkumpul bersama orang baik. 5. Jaga adab sebelum ilmu. Ulama terdahulu berkata: “Kami belajar adab selama 30 tahun sebelum belajar ilmu selama 20 tahun.” Karena adab-lah yang membuat ilmu menjadi berkah. “Menuntut ilmu bukan hanya tentang banyaknya yang kita tahu, tapi tentang seberap...

Memanfaatkan Panca Indra Dalam Menghafal Al-Qur’an

  Memanfaatkan Panca Indra Dalam Menghafal Al-Qur’an Menghafal Al-Qur'an adalah ibadah yang mulia, namun banyak yang menghadapi berbagai tantangan dalam prosesnya. Beberapa masalah umum yang sering dihadapi saat menghafal Al-Qur'an antara lain: Kurangnya Konsistensi, Sulit Menghafal Ayat yang Panjang, Cepat Lupa, dan lain-lain. Memanfaatkan pancaindra dalam menghafal Al-Qur'an bisa menjadi strategi efektif untuk memperkuat daya ingat dan pemahaman. Berikut adalah beberapa cara untuk melibatkan kelima pancaindra dalam proses menghafal: Indra Penglihatan (Mata) : Membaca Al-Qur'an secara langsung : Membaca mushaf secara teratur membantu otak mengingat visualisasi ayat-ayat, huruf, dan tanda baca. Menggunakan mushaf yang sama bisa memperkuat ingatan visual. Menulis ayat-ayat : Menulis ulang ayat-ayat dapat membantu menginternalisasi teks dan memperkuat ingatan melalui proses visual dan fisik Indra Pendengaran (Telinga) : M...