Langsung ke konten utama

DZIKIR YANG PALING AFDHAL: AL-QUR’AN

 


DZIKIR YANG PALING AFDHAL: AL-QUR’AN


🖋 Ustadz Abdullah Zaen, Lc M.A Hafizhahullahu Ta’ala

Sebaik-baik dzikir yang seharusnya dipraktekkan seorang hamba adalah membaca al-Qur’an. Sebab al-Qur’an adalah perkataan Allah; perkataan yang paling baik, indah, istimewa, bermanfaat dan paling jujur. Al-Qur’an merupakan wahyu dari Allah, sebuah kitab yang paling utama yang diturunkan kepada nabi yang paling mulia; Muhammad shallallahu’alaihiwasallam.


Allah ta’ala berfirman,

"إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ".


Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Dzikir (al-Qur’an), dan pasti Kami (pula) yang menjaganya”. QS. Al-Hijr: 9.

Al-Qur’an tidak akan pernah membosankan walaupun ia dibaca berulang-ulang, keajaiban kandungannya tidak ada habisnya dan barang siapa membacanya ia akan meraih limpahan pahala. 

Siapapun yang mengamalkan isinya dan mengajak orang lain kepadanya ia akan terhantarkan kepada jalan yang lurus.

Abu Abdirrahman as-Sulamy menjelaskan, “Keutamaan al-Qur’an dibanding perkataan lainnya seperti keutamaan Allah dibanding para makhluk-Nya. Sebab al-Qur’an adalah bagian dari-Nya”.

Keharuman seseorang tergantung apakah ia membaca al-Qur’an atau tidak. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,


"الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالْأُتْرُجَّةِ؛ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ. وَالْمُؤْمِنُ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ؛ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا. وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ؛ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ. وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ؛ طَعْمُهَا مُرٌّ أَوْ خَبِيثٌ وَرِيحُهَا مُرٌّ".


“Mukmin yang membaca al-Qur’an dan mengamalkannya seperti buah Utrujjah (semacam jeruk); rasanya enak dan baunya harum. Mukmin yang tidak membaca al-Qur’an namun mengamalkannya seperti buah Kurma; rasanya enak namun tidak ada baunya. Perumpamaan munafik yang membaca al-Qur’an seperti Raihanah (sejenis Kemangi), baunya harum tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan munafik yang tidak membaca al-Qur’an seperti Hanzhalah; rasanya pahit dan baunya tidak sedap”. HR. Bukhari dari Abu Musa al-Asy’ary radhiyallahu’anhu.

Perbanyaklah membaca al-Qur’an, sebab itulah ukuran kadar kecintaan kita kepada Allah ta’ala. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu menerangkan, “Barang siapa ingin mengetahui apakah dirinya mencintai Allah atau tidak, lihatlah bagaimana sikap dirinya terhadap al-Qur’an. Jika ia mencintai al-Qur’an, sesungguhnya ia mencintai Allah. Sebab al-Qur’an adalah perkataan Allah”.

✍️ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 17 Jumadal Ula 1433 / 9 April 2012

Disarikan dan diterjemahkan secara bebas oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari kitab “Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkâr” karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr al-‘Abbad (I/62-66) dengan sedikit tambahan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 resep / kiat untuk mendapatkan hasil maksimal dari Al Qur'an

  3 resep / kiat untuk mendapatkan hasil maksimal dari Al Qur'an 1. Kuantitas (membaca dalam jumlah yang banyak) 2. Kualitas (Berusaha mempelajari, memahami, mengamalkan) 3. Intensitas (Kita selalu berinteraksi dengan Al qur’an) (sumber:Mulazamah Sabtu Ustadz Abdullah Hadromi)

Nasihat & Refleksi untuk Penuntut Ilmu

  Nasihat & Refleksi untuk Penuntut Ilmu 1. Luruskan niat. Belajarlah bukan untuk terkenal, tapi agar Allah ridha dan ilmu itu membawa manfaat bagi dirimu dan orang lain. 2. Sabar dan rendah hati. Ilmu tidak bisa dikuasai dengan tergesa-gesa. Imam Asy-Syafi’i berkata: “Tidak akan diperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara: kecerdasan, semangat, kesabaran, biaya, bimbingan guru, dan waktu yang lama.” 3. Amalkan apa yang dipelajari. Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah. Rasulullah ﷺ bersabda: “Ilmu yang tidak diamalkan seperti harta yang tidak dinafkahkan.” (HR. Ad-Dailami) 4. Cari lingkungan yang mendukung. Bertemanlah dengan orang-orang yang haus akan ilmu. Cahaya ilmu akan lebih kuat ketika berkumpul bersama orang baik. 5. Jaga adab sebelum ilmu. Ulama terdahulu berkata: “Kami belajar adab selama 30 tahun sebelum belajar ilmu selama 20 tahun.” Karena adab-lah yang membuat ilmu menjadi berkah. “Menuntut ilmu bukan hanya tentang banyaknya yang kita tahu, tapi tentang seberap...

Memanfaatkan Panca Indra Dalam Menghafal Al-Qur’an

  Memanfaatkan Panca Indra Dalam Menghafal Al-Qur’an Menghafal Al-Qur'an adalah ibadah yang mulia, namun banyak yang menghadapi berbagai tantangan dalam prosesnya. Beberapa masalah umum yang sering dihadapi saat menghafal Al-Qur'an antara lain: Kurangnya Konsistensi, Sulit Menghafal Ayat yang Panjang, Cepat Lupa, dan lain-lain. Memanfaatkan pancaindra dalam menghafal Al-Qur'an bisa menjadi strategi efektif untuk memperkuat daya ingat dan pemahaman. Berikut adalah beberapa cara untuk melibatkan kelima pancaindra dalam proses menghafal: Indra Penglihatan (Mata) : Membaca Al-Qur'an secara langsung : Membaca mushaf secara teratur membantu otak mengingat visualisasi ayat-ayat, huruf, dan tanda baca. Menggunakan mushaf yang sama bisa memperkuat ingatan visual. Menulis ayat-ayat : Menulis ulang ayat-ayat dapat membantu menginternalisasi teks dan memperkuat ingatan melalui proses visual dan fisik Indra Pendengaran (Telinga) : M...