Langsung ke konten utama

Pentingnya Memilih Sahabat atau Teman yang Baik

 


Pentingnya Memilih Sahabat atau Teman yang Baik


Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti memiliki sahabat atau teman yang menjadi bagian penting dalam hidup kita. Sahabat atau teman dapat menjadi sumber dukungan, motivasi, dan inspirasi bagi kita. Namun, tidak semua sahabat atau teman dapat membawa dampak positif bagi kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memilih sahabat atau teman yang baik dan shaleh.


Kisah tentang Pentingnya Memilih Sahabat atau Teman yang Baik

Ada seorang pemuda yang bernama Ahmad. Ahmad memiliki dua orang teman yang sangat dekat dengannya. Teman pertama bernama Umar, yang dikenal sebagai orang yang shaleh dan baik hati. Umar selalu mengajak Ahmad untuk shalat berjamaah dan membaca Al-Qur'an bersama. Sementara teman kedua bernama Budi, yang dikenal sebagai orang yang suka bermain-main dan tidak pernah shalat.

Ahmad sering kali merasa bingung antara memilih Umar atau Budi sebagai teman dekatnya. Namun, suatu hari Ahmad mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan. Umar langsung datang dan membantu Ahmad, sementara Budi tidak peduli dan tidak mau membantu.

Ahmad sangat bersyukur memiliki teman seperti Umar yang selalu ada di saat kesulitan. Ahmad sadar bahwa memilih teman yang baik dan shaleh sangat penting dalam hidupnya.


Dalil Al-Qur'an tentang Pentingnya Memilih Sahabat atau Teman

1. QS. Al-Kahfi: 28

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini..."

Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kita untuk bersabar dan bersama-sama dengan orang-orang yang shaleh dan beriman.

2. QS. Al-Furqan: 27-28

"Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul". Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman karib(ku)."

Dalam ayat ini, Allah SWT menggambarkan keadaan orang-orang yang zalim yang menyesali pertemanan mereka dengan orang-orang yang tidak baik.


Ciri-Ciri Sahabat atau Teman yang Baik

1. Memiliki Nilai dan Prinsip yang Sama: Sahabat atau teman yang baik memiliki nilai dan prinsip yang sama dengan kita.

2. Mendukung dan Membantu: Sahabat atau teman yang baik akan selalu mendukung dan membantu kita dalam kebaikan.

3. Jujur dan Terbuka: Sahabat atau teman yang baik akan selalu jujur dan terbuka dengan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 resep / kiat untuk mendapatkan hasil maksimal dari Al Qur'an

  3 resep / kiat untuk mendapatkan hasil maksimal dari Al Qur'an 1. Kuantitas (membaca dalam jumlah yang banyak) 2. Kualitas (Berusaha mempelajari, memahami, mengamalkan) 3. Intensitas (Kita selalu berinteraksi dengan Al qur’an) (sumber:Mulazamah Sabtu Ustadz Abdullah Hadromi)

Nasihat & Refleksi untuk Penuntut Ilmu

  Nasihat & Refleksi untuk Penuntut Ilmu 1. Luruskan niat. Belajarlah bukan untuk terkenal, tapi agar Allah ridha dan ilmu itu membawa manfaat bagi dirimu dan orang lain. 2. Sabar dan rendah hati. Ilmu tidak bisa dikuasai dengan tergesa-gesa. Imam Asy-Syafi’i berkata: “Tidak akan diperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara: kecerdasan, semangat, kesabaran, biaya, bimbingan guru, dan waktu yang lama.” 3. Amalkan apa yang dipelajari. Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah. Rasulullah ﷺ bersabda: “Ilmu yang tidak diamalkan seperti harta yang tidak dinafkahkan.” (HR. Ad-Dailami) 4. Cari lingkungan yang mendukung. Bertemanlah dengan orang-orang yang haus akan ilmu. Cahaya ilmu akan lebih kuat ketika berkumpul bersama orang baik. 5. Jaga adab sebelum ilmu. Ulama terdahulu berkata: “Kami belajar adab selama 30 tahun sebelum belajar ilmu selama 20 tahun.” Karena adab-lah yang membuat ilmu menjadi berkah. “Menuntut ilmu bukan hanya tentang banyaknya yang kita tahu, tapi tentang seberap...

Al-Qur’an Sebagai Obat

  Al-Qur’an Sebagai Obat   Al-Qur’an itu bisa menjadi obat bagi penyakit lahir dan batin. Semuanya dengan izin Allah, lalu pengaruh dari orang yang membacanya dan keadaan diri orang yang diobati. Ibnul Qayyim  rahimahullah  menyampaikan di dalam kitab beliau  Al-Jawaabul Kaafi  ( Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ ) sebagai berikut.   “Al-Qur’an juga sebagai obat. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya, وَلَوۡ جَعَلۡنَٰهُ قُرۡءَانًا أَعۡجَمِيّٗا لَّقَالُواْ لَوۡلَا فُصِّلَتۡ ءَايَٰتُهُۥٓۖ ءَا۬عۡجَمِيّٞ وَعَرَبِيّٞۗ قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدٗى وَشِفَآءٞۚ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ فِيٓ ءَاذَانِهِمۡ وَقۡرٞ وَهُوَ عَلَيۡهِمۡ عَمًىۚ أُوْلَٰٓئِكَ يُنَادَوۡنَ مِن مَّكَانِۢ بَعِيدٖ   Arab-Latin: Walau ja’alnāhu qur`ānan a’jamiyyal laqālụ lau lā fuṣṣilat āyātuh, a a’jamiyyuw wa ‘arabiyy, qul huwa lillażīna āmanụ hudaw wa syifā`. “ Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka...