◾ 11 ADAB BAGI PENUNTUT ILMU ◾
(01). Pergi dan duduknya ke majelis ilmu wajib ikhlas hanya karena Allah Ta'ala, tanpa adanya riya' dan tujuan lainnya.
(02). Berdo'a kepada Allah Ta'ala sebelum dimulainya majelis ilmu supaya ilmunya diberkahi, yaitu dengan ditambahkan ilmu, diberi pemahaman dan dimudahkan dalam mengamalkannya.
(03). Bersegera datang ke majelis ilmu dan tidak terlambat, datangnya terlebih dahulu sebelum ustadznya.
(04). Jika majelis ilmu ada di masjid, maka sebelum duduk hendaknya mengerjakan shalat sunnah tahiyatul masjid.
(05). Apabila bercampur di antara jamaah wanita dan pria, maka hendaknya diberikan pembatas atau hijab di antara mereka untuk menghindari fitnah, atau bisa mengadakan majelis ilmu di tempat tertentu khusus untuk para wanita.
(06). Tidak menyuruh kepada orang lain untuk berdiri, pindah atau menggeser dari tempat duduknya.
(07). Tidak meletakkan tangan kiri ke arah belakang, karena itu adalah perilaku kaum yang dimurkai (HR. Abu Dawud no. 4848)
(08). Hendaknya segera mendekat kepada ustadz saat dia akan memulai kajian.
(09). Mencatat ilmu agar tidak mudah hilang.
(10). Tenang, tidak berbicara, tidak bersenda gurau atau berbantah-bantahan yang sia-sia, tidak sibuk sendiri dengan banyak bergerak, menolah-noleh ke belakang atau ke kiri dan kanan, hendaknya mata tertuju fokus kepada ustadz dalam majelis ilmu.
"Barangsiapa tidak memuliakan ilmu, maka ilmu pun tidak akan menjadikannya mulia"
Jika seorang murid telah berakhlak buruk kepada ustadznya maka akan menimbulkan dampak yang buruk, seperti akan hilangnya berkah dari ilmu yang di dapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya.
Rasulullah ﷺ telah bersabda :
"Sebaik-baik kalian Islamnya adalah yang paling baik akhlaknya jika mereka menuntut ilmu" (HR. Ahmad no. 10329, lihat Shahiihul Jaami' no. 3312, hadits dari Abu Hurairah).
Usamah bin Syariik radhiyallahu ‘anhu berkata : "Kami duduk di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seakan-akan ada burung di atas kepala kami, tidak ada seorang pun dari kami yang berbicara..." (HR. Ath-Thabrani dan Ibnu Hibban, lihat Shahiihut Targhib wat Tarhiib no. 2652)
Imam asy-Syafi'i رحمه الله berkata :
"Aku telah membalik lembaran halaman di hadapan Malik dengan pelan, karena segan kepadanya agar dia tidak mendengar suaranya"
Ar-Rabi’ bin Sulaiman رحمه الله berkata : "Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan asy-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya"
Janganlah datang sekedar bermain HP dan banyak menguap, duduk bersandar, tidur, memotret, menjulurkan kaki, memberikan komentar saat ustadz sedang menjelaskan, sambil makan, minum, mengecap permen, tujuannya hanya untuk berdagang saja dll.
Jangan mengangkat suara saat firman Allah dan hadits Rasulullah ﷺ dibacakan, karena bisa menghilangkan rahmat dan terhapusnya amalan (QS. 7 : 204 dan QS. 49 : 2)
Ahmad bin Sinan رحمه الله berkata : "Tidak ada yang berbicara di majelisnya 'Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada pensil yang diraut, tidak ada seorangpun yang tersenyum, serta tidak ada seorangpun yang berdiri, seolah-olah di atas kepala mereka ada burung atau seolah-olah mereka sedang shalat. Apabila dia melihat salah seorang di antara mereka tersenyum atau bercakap-cakap, maka dia pun memakai sandalnya lalu keluar" (Siyar IX/201-202)
(11). Bershalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan membaca do'a penutup majelis ketika kajian selesai.
Rasulullah ﷺ telah bersabda :
“Kaum mana saja duduk di suatu majelis lalu mereka berpisah sebelum berdzikir kepada Allah dan sebelum bershalawat kepada Nabi ﷺ, melainkan hal itu akan menjadi kerugian bagi mereka dari Allah. Apabila Allah menghendaki, Dia pun akan mengadzab mereka dan apabila Dia menghendaki, Dia pun akan mengampuni mereka" (HR. Al-Hakim 1/674, hadits dari Abu Hurairah, lihat Shahiihul Jaami' no. 2738)
✍ Ustadz Najmi Umar Bakar
Komentar
Posting Komentar