Tips Agar Mendidik Anak Agar Semangat & Mudah Menghafal Al-Quran
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Anak yang shalih lagi memiliki hafalan quran yang banyak adalah dambaan tiap orang tua, apalagi jika hal tersebut adalah tabungan akhirat bagi orang tua nantinya. Oleh karena itu kita kumpulkan beberapa tips dalam mendidik anak. Tips ini mengarahkan pada pondasi mendidik anak shalih, bukan teknis menghafal Al-Qurannya, tanpa pondasi ini menghafal al-Quran akan menjadi sulit. Tips ini terbagi menjadi beberapa segi, dikarenakan pendidikan anak itu tidak terlepas beberapa segi.
DARI SEGI ORANG TUA
1. Doa
Tidak lain yang pertama adalah berdoa kepada Dzat yang menguasai langit, bumi dan seluruh makhluk. Tidaklah sesuatu itu jika sudah ditakdirkan Allah subhanahu wa ta’ala pasti akan terjadi, karena itu berdoalah kepada Allah tabaraka wata’ala karena Allah subhanahu wata’ala sudah menjanjikan akan mengabulkan doa hamba-hambanya.
Doa-doa yang dapat diamalkan adalah sebagai berikut:
Doa agar diberikan ketetapan hati
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubanaa ‘ala tho’atik”
Ya Allah, yang mengarahkan hati, arahkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu]
(HR. Muslim no. 2654)
اللَّهُمَّ ثَبِّتْنِيْ وَاْجَعْلِنْي هَادِيًا مَهْدِيًّا
“Allahumma tsabbitnii waj’alnii haadiyan mahdiya”
Ya Allâh, teguhkanlah diriku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk dan diberi petunjuk (oleh-Mu).
HR. Al-Bukhâri (no. 6333)
Doa agar diberi anak shalih
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
“Robbi hablii minash shoolihiin”Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS. Ash Shaffaat: 100)
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Robbanaa hab lanaa min azwajinaa wa dzurriyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa”
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa]. (QS. Al Furqon: 74)
2. Orang tua yang shalih dan keteladanan
Ustadz Abdullah Zaen, Lc. MA berkata: “Jadilah contoh teladan bagi anak. Jadilah potret nyata dalam melaksanan kebaikan yang kita ajarkan dan meninggalkan perkara yang kita larang.
Orang tua adalah contoh terdekat bagi anak. Disengaja maupun tidak, anak akan mengikuti perilaku dan kebiasaan orang tuanya.
Seorang anak akan belajar shalat dan menekuninya, manakala melihat kedua orang tuanya tekun menunaikannya dengan baik.
Seorang anak akan terbiasa menunaikan hak orang lain dengan sempurna, seperti hak teman, tetangga, tamu atau kerabat, bila orang tuanya memberi teladan baik dalam hal tersebut.
Seorang anak akan terbiasa bertutur kata sopan dan halus, apabila orang tuanya mencontohkan hal itu.
Dengan adanya keteladanan, seorang anak akan tumbuh dengan sifat-sifat terpuji dan baik, yang didapatkannya dari orang tua atau gurunya.
Sebaliknya ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan, akan menjadi racun dalam pendidikan. Seorang anak yang melihat ayahnya suka berdusta, dia akan sulit menerima nasehat kejujuran darinya. Begitupula seorang anak yang melihat ibunya sulit menerima nasehat, jangan harap ia tumbuh menjadi anak yang mudah diberi nasehat oleh ibunya.
Allah ta’ala telah mencela para pendidik yang perbuatannya menyelisihi ucapannya,
(يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah Allah manakala kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan”. QS. Ash-Shaff (61): 2-3.” (Abdullah Zaen, Lc., MA., Silsilah Fiqih Pendidikan Anak)
3. Ikhlas
Yang tidak kalah pentingnya adalah keikhlasan, bahkan ini adalah pondasi setiap amal kita. Jangan sampai kita berniat mendidik anak agar menjadi anak yang shalih dan banyak hafalan qurannya agar dipuji orang, agar anaknya bisa terkenal, dan lain sebagainya karena sesungguhnya 3 orang yang pertama kali dilemparkan ke neraka adalah orang yang riya dalam amalannya. Niatkanlah semuanya agar mendapatkan keridhoan Allah subhanahu wata’ala agar ilmu dan amalan kita berkah.
4. Harta yang Halal
Harta yang halal bagi anak ibarat gizi asupan yang kita berikan kepada anak. Jika anak kita terbiasa makan junk food, jajan-jajanan yang tidak bergizi, jangan berharap anak akan tumbuh menjadi sehat dan kuat. Begitu juga jika harta yang kita dapatkan dengan cara yang tidak halal, maka akan berpengaruh kepada kita dan anak kita.
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنَّهُ لاَ يَرْبُوْ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْ%Aٍ إِلاَّ كَانَتْ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
Artinya: “Sesungguhnya tidaklah tumbuh berkembang daging (badan) dari makanan yang haram melainkan api Neraka yang lebih pantas baginya.” (HR. At-Tirmidzi no. 614).
Seorang ulama salafus sholih berkata: “Aku pernah berbuat dosa dan maksiat kpd Allah, maka aku dapatkan pengaruh buruknya ada pada perilaku keluargaku dan hewan tungganganku.”
DARI SEGI CARA MENDIDIK
1. Berilmu
Ilmu adalah kebutuhan pokok dari setiap perbuatan kita, untuk itu diperlukan keilmuan agar tiap tindak tanduk perbuatan kita berujung baik, sesuai keinginan kita.
Ilmu apa yang diperlukan dalam mendidik anak? Banyak.. Mulai dari ilmu agama dengan berbagai variannya, hingga ilmu cara berkomunikasi dengan anak.
Jenis ilmu agama pertama dan utama yang harus dipelajari orangtua adalah aqidah. Sehingga ia bisa menanamkan akidah yang lurus dan keimanan yang kuat dalam jiwa anaknya.
Selanjutnya ilmu tentang cara ibadah, terutama shalat dan cara bersuci. Berikutnya ilmu tentang akhlak, mulai adab terhadap orangtua, tetangga, teman, juga adab keseharian si anak. Bagaimana cara makan, minum, tidur, masuk rumah, kamar mandi, bertamu dan lain-lain.
Yang tidak kalah pentingnya adalah: ilmu seni berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak. Bagaimana membangun rasa percaya diri dalam diri anak. Bagaimana memotivasi mereka untuk gemar belajar. Bagaimana menumbuhkan bakat yang ada dalam diri anak kita. Dan berbagai konsep-konsep dasar pendidikan anak lainnya. (Abdullah Zaen, Lc., MA., Silsilah Fiqih Pendidikan Anak)
murid Rumah Tahfizh An-Najah sedang menghafal Al Quran
2. Sabar dan lembut
Tidak dipungkiri mendidik anak butuh kesabaran yang ektra dikarenakan anak belum memiliki akal yang sudah siap sebagaimana orang yang sudah dewasa. Untuk itu dibutuhkan ekstra kesabaran dan kelembutan untuk itu.
“إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ، وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ“
“Sesungguhnya segala sesuatu yang kemasukan sifat lemah lembut, pasti akan terlihat indah. Sebaliknya bila kehilangan sifat lemah lembut, pasti akan membuatnya buruk”. HR. Muslim dari Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Allah ta’ala berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kami-lah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertaqwa.” [Thaahaa : 132]
Mengajak isteri dan anak kita untuk melaksanakan shalat di awal waktu, merupakan salah satu perintah dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk tetap sabar dalam menunaikan kewajiban ini, termasuk sabar dalam terus-menerus mengingatkan isteri dan anak kita untuk tetap menegakkannya.
3. Metode Penyampaian Yang Baik
Sebagaimana kita ingin dapat menerima komunikasi dari orang lain dengan baik, maka terlebih anak yang masih kurang akalnya. Salah satunya adalah dengan memilih-milih waktu yang baik dalam menyampaikan masukan kepada anak, menggunakan kata-kata yang mudah dan tidak sulit dan mengulang-ulang nasihat tersebut, dikarenakan suatu perbuatan butuh untuk dibiasakan.
DARI SEGI LINGKUNGAN
1. Lingkungan rumah
Rumah memiliki peran yang sangat sentral dalam pendidikan anak. Bisa dikatakan bahwa segala sesuatu bermula dari rumah. Bila pendidikan dalam rumah tidak berjalan atau lemah, maka si anak akan jatuh dalam ‘pendidikan-pendidikan’ di luar rumah yang tidak jelas arahnya. Sehingga lahirlah anak-anak berstatus broken home.
Ayah dan ibunya tidak mengacuhkannya di rumah, karena kesibukan masing-masing. Si ayah bekerja di kantor, sedangkan si ibu juga sibuk berkarir di luar rumah. Akibatnya pendidikan anak di rumah pun terbengkalai. Sehingga anak mencari pelampiasan kasih sayang di luar rumah. ‘Serigala-serigala’ buas pun sudah siap untuk memangsa sang buah hati.
Kata kuncinya, jangan membuat anak tak betah di rumah. Berikan perhatian dan kasih sayang yang cukup terhadap mereka. Jangan sampai merasa dicuekin oleh orang tuanya.
2. Teman Bermain & Lingkungan Luar Rumah
Teman bisa menjadi hal yang menguntungkan atau justru merugikan bagi anak kita. Untuk itu kita harus memilih-milih siapa yang akan menjadi teman kita. Jika misalnya kita lihat temannya tersebut kurang baik akhlaknya, maka sebaiknya dihindari bergaul dengannya, tentunya dengan cara yang baik.
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2: 344, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545).
3. Media
Media tentunya memainkan peran penting dalam kehidupan modern, untuk itu agar seyogyanya menerapkan pembatasan dalam beraktivitas melalui media seperti gadget dan tv secara ketat. Betapa banyak anak yang rusak dikarenakan konten dari internet yang buruk.
DARI SEGI MAKANAN
sebagian ulama menyebutkan ada beberapa makanan tertentu yang bisa membantu menguatkan hafalan. Di antaranya adalah madu, zabib (kismis), dan Lubban.
Az-Zuhri (ahli hadits dari kalangan tabi’in) mengatakan:
عليك بالعسل فإنه جيد للحفظ
“Minumlah madu, karena itu baik untuk hafalan.”
Beliau juga mengatakan,
من أحب أن يحفظ الحديث فليأكل الزبيب
“Siapa yang ingin hafalannya kuat, hendaknya dia makan zabib.
(Ustadz Ammi Nur Baits, Konsultasisyariah.com)
Sumber : annajah.org
Komentar
Posting Komentar