Kepribadian seorang santri Al Qur'an
Di dalam kitab fathul qoribul mujib fasal yang ke 14 ini, menggambarkan tentang kepribadian yang harus dimiliki seorang santri Al Qur'an, diantaranya:
1. Seorang santri Al Qur'an (ketika belajar)harus fokus fikiran dan hatinya, tidak merasa jenuh, sedih, lapar, haus, kantuk, cemas, atau hal-hal yang menyulitkan gurunya, karena jika dia memaksakan untuk belajar kepada gurunya dalam keadaan tersebut, maka dapat menyusahkan gurunya, dan juga dapat menghalangi kesempurnaan niat hati beliau dalam mengajar, maka ilmu yang disampaikan tercampur dengan hawa nafsunya, sedangkan mengajar Al Qur'an itu, hatinya harus dalam keadaan benar" bersih dari perbuatan yang berasal dari hawa nafsu.
2. Santri harus selalu bersemangat dan bergegas untuk membaca Al Qur'an di hadapan guru terlebih dahulu (tidak menunggu perintah), karena hal itu lebih bermanfaat baginya dan memudahkan gurunya.
3. Santri apabila hendak membaca Al Qur'an, seharusnya bersiwak dengan ranting pohon Arok, karena hal itu dapat menjaga kefasihan dan membersihkan mulut.
Tidak hanya ketika membaca Al Qur'an saja yang disunnahkan untuk bersiwak, tapi disunnahkan pula untuk bersiwak ketika wudhu, membaca Al Qur'an, membaca ilmu (kitab" tentang ilmu Syara'), dan juga ketika menghadiri majlis ilmu.
Dan faidah bersiwak adalah mendatangkan ridho Allah SWT, dimudahkan ketika keluarnya ruh (sakarotul maut), melipat gandakan pahala, dan meningkatkan kecerdasan.
Adapun hadits yang menjelaskan tentang keutamaan bersiwak ketika membaca Al Qur'an, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi :
إن العبد إذا قام يصلي أتاه الملك، فقام خلفه يستمع القران ويدنو فلا يزال يستمع ويدنو حتي يضع فاه علي فيه فلا يقرأ أية الا كانت في جوف الملك
"Sesungguhnya seorang hamba ketika hendak melaksanakan shalat datanglah malaikat padanya, kemudian malaikat itu berdiri di belakangnya mendengarkan bacaan Al Qurannya, dan semakin mendekat padanya, tidaklah dia berhenti dan terus mendekat padanya, tidaklah dia berhenti dan mendekat sampai dia meletakkan mulutnya pada mulut hamba tadi, tidaklah hamba tersebut membaca satu ayat kecuali ayat tersebut masuk ke dalam perut malaikat itu".
4. Santri boleh berdiri dalam keadaan membaca Alquran dihadapan gurunya, orang yang memiliki keutamaan ilmu, kemuliaan, kehormatan, atau orang yang lebih tua.
Syaikh Muhyiddin An-Nawawi menyebutkan bahwa berdirinya santri dalam keadaan ini dan lainnya adalah dianjurkan, akan tetapi dengan syarat bahwa berdiri tersebut untuk memuliakan dan menghormati gurunya bukan untuk riya' dan angkuh.
Wallahu a'lam
#FathulQoribulMujib
#MunjidulMuqriinWalmursyiduttolibin
Komentar
Posting Komentar